Nike as kekee
Hari ini, 06 Januari 2010

Aurora.. Ku terlalu banyak menyimpan keinginan untuk melihat peristiwa itu. Hingga kini angan itu masih menggebu-gebu dijiwaku. Dan mungkin tak akan padam. Berkhayal memang tak baik, tapi lumayanlah untuk mengasah imajinasiku. Dengar cerita orang, aurora itu menyimpan banyak keajaiban dan warna.

Tak elak, diblog ini, akan kutuangkan seluruh ide dan inspirasiku tentang aurora versi Nike Andini. hehehe..

Okey,, kita mulai....!!!

Bismillahirrahmanirrahim..

TARIAN AURORA

Alkisah, tinggalah satu keluarga miskin diantara mereka. Disana ukuran miskin atau kaya bukan hanya dari pakaian, rumah, atau makanan mewah. Tapi miskin atau kaya amat ditentukan dari kepemilikan api. Api untuk mengahangatkan diri dimalam hari. Api yang memberikan kenyamanan dan kehangatan yang akan bersarang dijiwa setiap orang. Keluarga itu tidak memilikinya. Hanya orang-orang tertentu yang diijinkan membuat api. Keluarga itu TIDAK. Itu sudah aturan main turun temurun

Keluarga itu hanya terdiri dari ayah, ibu dan seorang gadis kecil. Gadis itu bernama Maureen. Wajahnya bulat, penuh cahaya kebaikan, perangainya santun dan sifatnya memesona. Setiap kepala keluarga di perkampungan salju itu bekerja sebagai pemburu. Maka itulah sang Ayah berburu rusa, berburu binatang salju, ikan dan apa saja yang bisa dimakan. Sedangkan ibu bertugas menjaga rumah, memasak binatang hasil tangkapan ayah, menyamak kulit, membuat pakaian-pakaian tebal..

Suatu ketika, tibalah masa-masa sulit itu. Enam bulan berlalu, badai musim dingin terus mengungkung perkampungan, padahal lazimnya hanya tiga-empat bulan saja. Membuat sulit kehidupan. Benar-benar membuat semuanya sulit... Tidak ada lagi rusa dihutan dekat perkampungan. Danau yang biasanya digunakan untuk mencari ikan, sempurna membeku. Sulit sekali mancari binatang liar untuk dimakan, persediaan makanan musim panas sudah menipis. Seluruh perkampungan mengalami masalah serius.

Dan lebih serius lagi bagi keluarga miskin itu. tidak ada makan dan tidak ada api, itu sama saja malam malam mereka harus dilalui dengan penderitaan. Malam-malam terasa lebih panjang. Menggigil kedinginan... Tapi gadis kecil itu tidak pernah mengeluh. Meski gelap, meski dingin, ia menyibukan diri bersenandung. Menatap langit gelap tertutup badai lewat jendela iglo (Rumah di kutub)

Bertanya pada banyak hal pada ayah ibunya. Tentang mengapa malam tak terasa hangat sepeti siang. Mengapa malam tidak ada cahaya yang memesona seperti matahari. Mengapa dunia tidak siang saja selamanya... Biar kita tidak kedinginan, biar kita tidak perduli lagi dengan nyala api... Perut gadis kecil itu lapar. Tapi ia tidak ingin membebani ayah ibunya dengan keluh kelas, hanya bertanya sambil bersenandung riang.

Gadis kecil itu bisa bersabar dengan situasi buruk itu. Meski ia tidak pernah kunjung mengerti mengapa iglo lainnya terlihat terang dengan cahaya api, sedangkan iglo mereka tidak. Dulu ia suka bertanya hal itu. Tapi ayahnya hanya bilang soal siapa yang berhak. Siapa yang tidak. Ayahnya hanya menjawab dengan intonasi marah. Seolah bertanya urusan itu amat dilarang. Entahlah.... Membutnya takut bertanya lagi. Takut karena katanya bakal muncul naga raksasa yang mengamuk membakar seluruh pedesaan jika ada yang berani bertanya-tanya soal aturan main tersebut.

"Masalahnya, tanpa kita tau, tanpa kita siap terlebih dahulu, situaasi bisa memberuk kapan saja. Dibulan kesepuluh semenjak badaisalju mengungkung pedesaan, Ayahnya yang pergi berburu suatu hari tidak pernah kembali lagi. Ditunggu semalaman, tidak juga pulang-pulang. Seminggu. Sama saja. Sebulan. Tetap bagitu.... Maka serunai kesedihan mulai menguar dari iglo mereka. Gadis kecil itu menunggu senyap didepan jendela setiap malam, siapa tau ayahnya pulang membawa rusa, kelinci salju, atau ikan-ikan besar.... Tidak ada. Sama sekali tidak ada kabar, kecuali berita ayahnya terlalu berani berburu, pergi hingga bataas hutan yang banyak beruangnya.

"Gadis kecil itu sedih sekali tak terkatakan. Menunggu kosong dibawah bingkai jendela, berharap siapa tau siluet tubuh ayahnya terlihat digerbang hutan.

"Tapi ia tidak ingin rasa sedihnya menambah kesedihan ibunya. Lihatlah, ibunya yang hamil tua berbaring lemah diatas ranjang. Sebulan terkhir jatuh sakit. Membuat semakin sulit situasi.... Ibunya tidak bisa melakukan apapun, bergerak saja susah. Maka gadis kecil itu mulai mengambil alih pekerjaan rumah, menyelimumti ibunya yang setiap malam menggigil, Mebersihkan salju yang menumpuk didepan pintu, memetik dedaunan yang tersisa. Memandang sedih perut buncit ibunya yang mengandung adik dan yang selalu diharap-harapkannya....

"Hingga suatu malam, demam ibunya semakin parah. Gadis kecil itu memutuskan untuk meminta pertolongan dan ia pergi ke iglo lainnya yang terlihat bercahaya, ia ingin meminta nyala api untuk menghangatkan tubuh ibunya malam ini.... Tapi hanya kata-kata penolakan kasar yang tidak dimengerti olehnya. Gadis kecil itu tidak pernah paham mengapa dunia ini harus tercipta dengan perbedaan. Ia hanya butuh nyala api kecil, untuk membuat ibunya hangat, sederhana itu, tidak lebih tidak kurang....

"Malam itu gadis kecil tertatih-tetih berlari dari satu iglo ke iglo lainnya, Ditengah badai salju menggila. Tubuhnya kuyup, kakinya gemetar melewati tumpukan salju hingga paha. Benar-benar percuma, tidak ada yang peduli. Meski ada yang bersimpati, tapi keluarga itu terlalu takut untuk melanggar pantangan...

"Menjelang tengah malam, gadis kecil itu menangis kembali. Tidak ada.. benar-benar tidak ada nyala api untuk ibunya. Malam ini ia akan melihat lagi pandangan menyedihkan tersebut. Suara gemeretuk gigi ibunya, tubuh yang menggigiul.... Gadis kecil itu menangis, bergerak mendekati ingin memperbaiki selimut ibunya yang tersingkap...

"Tapi, ia keliru. Sunggu keliru!!! Tidak ada gemerutuk gigi itu lagi. Tidak ada tubuh menggigil itu lagi. Yang ada hanya lenggang sepi. Ibunya sudah pergi selama-lamanya. Tak kuasa menanggung lebih panjang penderitaan.

"Malam itu, situasi benar-benar berubah buruk. Ibunya meninggal. Gadis kecil itu menangis tersedu didepan tubuh ibunya yang sudah membeku. Menciumi wajah kaku ibunya. Berseru tentang 'Jangan tinggalkan aku sendiri.... aku mohon, Ibu jangan pergi!! Amat menyakitkan melihatnya. Dan lebih menyakitkan lagi saat melihat gadis kecil itu mendongak menatap langit yang gelap oleh badai. Gadis kecil iitu jatuh terduduk bertanya kelangit "Mengapa dunia diciptakan dengan perbedaan. Mengapa manusia bangga sekali dengan perbedaan, Kasta, kemuliaan. Yang satu lebih hebat, lebih dihargai, lebih segalanya, sementara yang lain tidak.

"Entahlah, ia tidak mengerti banyak hal. mengapa keluarga mereka tidak berhak memiliki nyala api? Gadis kecil itu tersungkur meminta penjelasan. Mengapa Tuhan tidak menciptakan nyala api yang terang benderang bagi semuanya? Menciptakan cahaya dimalam hari. Cahaya yang indah memesona. Cahaya yang yang membuat hangat dan nyaman bagi siapa saja yang melihatnya ditengah udara dingin dan rasa sepi. Cahaya yang hanya dimili semua orang...

"Menjelang pagi, gadis kecil itu terhuyung keluar dari iglo. Ia tidak tinggal di iglo itu lagi. Gadis kecil itu memutuskan pergi, pergi dari perkampungan yang hendak membunuhnya perlahan-lahan. Tidak ada yang tau kemana gadis kecil itu pergi. Ia menghilang sejak pagi itu. Raib ditelan bumi....

"Yang penduduk desa itu tau, sehari setelah kepergian gadis kecil itu, menndadak badai salju yang mengungkung desa mereka hampir setahun lenyap. Dan belum habis keterkejutan mereka, mendadak ditengah gelap gulita malam, seberkas cahaya indah muncul menghias angkasa.... Itulah AURORA.... Tarian cahaya yang sunggiuh indah. Berpilin. Berpadu seperti sejuta pelangi.... Itulah AURORA!!! Memberikan perasaan hangat dan nyaman bagi yang melihatnya. Menjadi penghibur dimalam dingin dan senyap. Itulah AURORA..


Tuhan telah mengabulkan doa gadis kecil itu. AURORA sangat indah.





Alhamdulillah...
Nike ingin sekali saja dalam hidup Nike melihat pilin-pilinan indah Aurora. Semoga terwujudkan. Aamin.. n_n
0 Responses

Posting Komentar

Komentarin postingan Nike yuuu..
Sebaik-baiknya orang, yang komentarin blognya nike *sesat.com