Aku akan menceritakan tentang sebuah rasa yang tulus untuk memberi. Dimana tak ada harap imbalan didalamnya, dimana setiap memandangnya terucap asa yang indah, dimana tersirat makna tulus mencintai, dimana gelak tawa tercipta ketika dia bahagia, dimana sedih bergejolak saat kegelisahan melandanya. Dan aku baru tersadar, bahwa seorang Ibu memiliki itu semua untuk buah hatinya.
Disini, bermula. Ruang
persalinan. Kegelisahan. Kesakitan. Memori itu terakam dan mencekam. Tapi itu
semua tergantikan dengan teriakan dan tangis sang malaikat kecil itu. Semuanya
menjadi sirna. Yang tumbuh hanyalah harapan, bahagia, dan tawa. Saat itu aku
mulai berjanji untuk membahagiakan malaikat kecil yang telah Allah amanahkan
dan menitipkannya kepada kami. Janji tulus, setulus ijab qabul kami berdua
dihari pernikahan.
Malaikat kecil yang tidak berdaya
saat itu, yang ada hanya tangis dan lelapnya tidur. Tapi aku percaya bahwa
nanti, dia akan tumbuh dewasa dan kuat. Menjadi yang selalu kuimpikan.
Setiap hela nafas bunda terucap
do’a untuk kebaikanmu. Wajah yang damai selalu berhasil membuat Bunda
menitikkan air mata saat memandangmu. Bahagia. Satu kata yang mampu mewakilkan
perasaan Bunda. Tumbuhlah nak, tumbuhlah menjadi kuat, bahagia, ta’at kepada
Allah, selamat dunia akhirat, terjaga iman akhlaq dan ikhsannya.
Bunda bertumpu pada harapan itu,
dan tak mengharap imbal apapun ketika kau nanti menjadi dewasa. Yang Bunda
inginkan hanyalah “Ingatlah Bunda”. Bunda selalu mencintaimu.
Posting Komentar
Komentarin postingan Nike yuuu..
Sebaik-baiknya orang, yang komentarin blognya nike *sesat.com