Huaaaaah.. Nike kangen buat nerusin cerbung yang judulnya guratan pelangi. Nike juga kangen sama karakter Aleya, Karla, Rindu dan Rima. Ckckck. Ayo kita terusin ceritanya
Bismillahirrahmanirrahim
Tak terasa, sungai kecil mengalir dari kedua mata leya. “Ya Rabbi, aku begitu rindu keluargaku. Beri mereka kebahagiaan yang sempurna disisiMu. Sesungguhnya, aku ini fakir” do’a leya dalam rundung kerinduan yang kini membuncah dalam dada. Wanita cantik itu menyusuri sudut ruang dan diambilnya buku berwana merah jambu yang dia simpan rapat dalam tumpukan buku beserta pena. Ditulislah sepenggal puisi yang mewakilkan seluruh perasaannya
KETIKA WANITA MENANGIS
Ketika wanita menangis..
Itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya, melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.
Ketika wanita menangis..
Itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya, melainkan karena pertahanannya sudah tidak mampu lagi membendung air mata.
Ketika wanita menangis..
Itu bukan berarti dia ingin terlihat lemah, melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura.
Tetesan bening air matanya tumpah ruah membasahi puisi yang belum rampung dia tulis, dan membuatnya menjadi pudar. Sinar rembulan perlahan turun menyapa bumi. “Emak, abah, kakak.. kalian semua yang mengajarkan Leya untuk kuat dalam segala kondisi dan keadaan, tapi maaf, untuk saat ini Leya belum bisa menjadi yang kalian harapkan. Leya terlalu cengeng. Izinkan leya menangisi semua yang telah terjadi di hidup Leya. Malam ini saja. Leya disini sangat bahagia. Mama dan papa menyayangi leya sebagaimana mereka menyayangi anak kandungnya sendiri. Tak ada sedikitpun kata-kata yang menyakiti leya. Tapi mungkin alangkah lebih bahagianya jika kalian disini, melihat Leya tumbuh dan dewasa” Ucap leya ketika ketegaran berubah menjadi titik-titik kegetiran.
“Hush.. hush.. Astaghfirullah, harusnya Leya ga boleh ngeluh sedikitpun” Bisik leya dalam desiran angin yang mengaburkan desis ucapnya. Rapuh-OPICK mengalun bening dari HP-nya dan dengan suksesnya membuyarkan seluruh lamunan dan harapannya. “Masya Allah, jam setengah 10 malam, siapa yang SMS?” Gerutu Aleya.
From : Ka Wito
21:35:08
Assalamu’alaykum..
Maaf leya ganggu, gimana Proposalnya? Deadline-nya dimajuin 1 minggu, ternyata Bu Kepala Sekolah meminta rapat pertanggung jawabannya dipercepat, dikarenakan beliau ada acara 2minggu lagi. Jazakillah ukhty.. semangat ya
“Hasbunallah wa ni’mal wakiil” Dzikir Aleya memekik memenuhi ruangan. “Gimana nih? Lho koq bisa lupa sih? Masya Allah. Dasar pelupa” Nafasnya memburu ditengah kegelisahannya. Jantungnya mulai berdebar tak karuan. Dengan secepat kilat Leya membalas pesan ka Wito.
To : Ka Wito
Wa’alaykumussalam..
Iya kak, lusa Insya Allah selesai. Makasih ka infonya
Segera Leya menyalakan computer yang tersedia di sudut kamarnya. Ya, mama Aleya sangat baik, dia begitu memfasilitasi apapun kebutuhan Aleya. Tak lama, Ponsel Leya berdering kembali, tertampil 1 pesan yang baru saja hinggap.
From : Ka Wito
21:42:57
Belum tidur ley? Udah malem lho. Jaga kesehatan, jangan sampe kamu sakit, ntar proposalnya terbengkalai lagi.. hehe.. ^_^
“Idiiiiiih.. apa-apaan sih nih orang? Norak banget, sok perhatian” Ujar leya. Dengan segera, dia hapus pesan yang baru dia baca dan kembali meneruskan tugasnya di depan komputer. Satu jam berlalu, dia telah menyelesaikan tugasnya. “Hoahm.. it’s time to take a rest”
Sinar matahari mulai menembus jendela dan menerpa wajahnya yang kelelahan. “whoahm.. jam berapa ni? Ha? Jam 6? Are you kidding me? Astaghfirullah.. telaaaaat.. telaaaaat” Teriak Leya. Diiringi langkah seribu, dia menyeberangi ruangan menuju tempat wudhu dan melakukan ritual yang telah Allah perintahkan kepada umat manusia
“Aleya.. Aleya.. cepetan, papamu udah nunggu diluar” Teriak mama dari arah dapur.
“Iya mah, bentar lagi, 5 menit lagi. Bentar mah” Jawab Leya
“Tadi kamu telat ya sayang? Makanannya koq ga diabisin?” mama Leya mendekatinya dan tersenyum simpul melihat tingkah anaknya.
“Iya mah.. udah ah mah, berangkat dulu. Mmuach..” kecup leya sambil berlari ke arah teras
“Dasar” gumam mama Aleya
Sin2x+2sinx-1-cos2x
“Aleya Talita Sakhi, sampai kapan kamu mau berdiri disitu?” Tanya pak Anung tajam.
Aleya tidak menjawab. Kepalanya sudah pusing dan keringat dingin mulai becucuran. Perutnya mual, sepertinya tinggal menghitung mundur sampai dia benar-benar muntah didepan papan tulis.
“Sudah! Kembali ke tempat dudukmu,” gerutu Pak Anung tidak sabar. “Nadya, coba kamu yang jawab.”
Akhirnya…… Aleya menghela nafas lega. Dia memang payah kalau berurusan dengan angka.
“Bagaimana?” Tanya Ndu , begitu wanita ini menyandarkan diri ke kursi.
“So Bad..” jawab Aleya
“Bagus sekali Nadya, seperti biasanya,” Kata Pak Anung sambil bertepuk tangan.
“Subhanallah, Cuma 5 menit,” Decak Ndu kagum. “Bukan manusia.”
Aleya menatap Nadya yang sedang berjalan ke tempat duduknya. Dia balik menatap Aleya sekilas tanpa ekspresi, lalu mengalihkan tatapannya lagi. Aleya mengerutkan kening mencoba menerka apa yang difikiran wanita itu saat ini.
“Emang batas antara genius dan gila Cuma setipis kertas” Gumam Karla
Bagi Aleya, selama pelajaran matematika, entah kenapa waktu berjalan begitu lambat. Dua setengah jam terasa seperti dua abad. Akhirnya, bel penyelamat itu berbunyi juga
Bismillahirrahmanirrahim
Tak terasa, sungai kecil mengalir dari kedua mata leya. “Ya Rabbi, aku begitu rindu keluargaku. Beri mereka kebahagiaan yang sempurna disisiMu. Sesungguhnya, aku ini fakir” do’a leya dalam rundung kerinduan yang kini membuncah dalam dada. Wanita cantik itu menyusuri sudut ruang dan diambilnya buku berwana merah jambu yang dia simpan rapat dalam tumpukan buku beserta pena. Ditulislah sepenggal puisi yang mewakilkan seluruh perasaannya
KETIKA WANITA MENANGIS
Ketika wanita menangis..
Itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya, melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.
Ketika wanita menangis..
Itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya, melainkan karena pertahanannya sudah tidak mampu lagi membendung air mata.
Ketika wanita menangis..
Itu bukan berarti dia ingin terlihat lemah, melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura.
Tetesan bening air matanya tumpah ruah membasahi puisi yang belum rampung dia tulis, dan membuatnya menjadi pudar. Sinar rembulan perlahan turun menyapa bumi. “Emak, abah, kakak.. kalian semua yang mengajarkan Leya untuk kuat dalam segala kondisi dan keadaan, tapi maaf, untuk saat ini Leya belum bisa menjadi yang kalian harapkan. Leya terlalu cengeng. Izinkan leya menangisi semua yang telah terjadi di hidup Leya. Malam ini saja. Leya disini sangat bahagia. Mama dan papa menyayangi leya sebagaimana mereka menyayangi anak kandungnya sendiri. Tak ada sedikitpun kata-kata yang menyakiti leya. Tapi mungkin alangkah lebih bahagianya jika kalian disini, melihat Leya tumbuh dan dewasa” Ucap leya ketika ketegaran berubah menjadi titik-titik kegetiran.
“Hush.. hush.. Astaghfirullah, harusnya Leya ga boleh ngeluh sedikitpun” Bisik leya dalam desiran angin yang mengaburkan desis ucapnya. Rapuh-OPICK mengalun bening dari HP-nya dan dengan suksesnya membuyarkan seluruh lamunan dan harapannya. “Masya Allah, jam setengah 10 malam, siapa yang SMS?” Gerutu Aleya.
From : Ka Wito
21:35:08
Assalamu’alaykum..
Maaf leya ganggu, gimana Proposalnya? Deadline-nya dimajuin 1 minggu, ternyata Bu Kepala Sekolah meminta rapat pertanggung jawabannya dipercepat, dikarenakan beliau ada acara 2minggu lagi. Jazakillah ukhty.. semangat ya
“Hasbunallah wa ni’mal wakiil” Dzikir Aleya memekik memenuhi ruangan. “Gimana nih? Lho koq bisa lupa sih? Masya Allah. Dasar pelupa” Nafasnya memburu ditengah kegelisahannya. Jantungnya mulai berdebar tak karuan. Dengan secepat kilat Leya membalas pesan ka Wito.
To : Ka Wito
Wa’alaykumussalam..
Iya kak, lusa Insya Allah selesai. Makasih ka infonya
Segera Leya menyalakan computer yang tersedia di sudut kamarnya. Ya, mama Aleya sangat baik, dia begitu memfasilitasi apapun kebutuhan Aleya. Tak lama, Ponsel Leya berdering kembali, tertampil 1 pesan yang baru saja hinggap.
From : Ka Wito
21:42:57
Belum tidur ley? Udah malem lho. Jaga kesehatan, jangan sampe kamu sakit, ntar proposalnya terbengkalai lagi.. hehe.. ^_^
“Idiiiiiih.. apa-apaan sih nih orang? Norak banget, sok perhatian” Ujar leya. Dengan segera, dia hapus pesan yang baru dia baca dan kembali meneruskan tugasnya di depan komputer. Satu jam berlalu, dia telah menyelesaikan tugasnya. “Hoahm.. it’s time to take a rest”
Sinar matahari mulai menembus jendela dan menerpa wajahnya yang kelelahan. “whoahm.. jam berapa ni? Ha? Jam 6? Are you kidding me? Astaghfirullah.. telaaaaat.. telaaaaat” Teriak Leya. Diiringi langkah seribu, dia menyeberangi ruangan menuju tempat wudhu dan melakukan ritual yang telah Allah perintahkan kepada umat manusia
“Aleya.. Aleya.. cepetan, papamu udah nunggu diluar” Teriak mama dari arah dapur.
“Iya mah, bentar lagi, 5 menit lagi. Bentar mah” Jawab Leya
“Tadi kamu telat ya sayang? Makanannya koq ga diabisin?” mama Leya mendekatinya dan tersenyum simpul melihat tingkah anaknya.
“Iya mah.. udah ah mah, berangkat dulu. Mmuach..” kecup leya sambil berlari ke arah teras
“Dasar” gumam mama Aleya
Sin2x+2sinx-1-cos2x
“Aleya Talita Sakhi, sampai kapan kamu mau berdiri disitu?” Tanya pak Anung tajam.
Aleya tidak menjawab. Kepalanya sudah pusing dan keringat dingin mulai becucuran. Perutnya mual, sepertinya tinggal menghitung mundur sampai dia benar-benar muntah didepan papan tulis.
“Sudah! Kembali ke tempat dudukmu,” gerutu Pak Anung tidak sabar. “Nadya, coba kamu yang jawab.”
Akhirnya…… Aleya menghela nafas lega. Dia memang payah kalau berurusan dengan angka.
“Bagaimana?” Tanya Ndu , begitu wanita ini menyandarkan diri ke kursi.
“So Bad..” jawab Aleya
“Bagus sekali Nadya, seperti biasanya,” Kata Pak Anung sambil bertepuk tangan.
“Subhanallah, Cuma 5 menit,” Decak Ndu kagum. “Bukan manusia.”
Aleya menatap Nadya yang sedang berjalan ke tempat duduknya. Dia balik menatap Aleya sekilas tanpa ekspresi, lalu mengalihkan tatapannya lagi. Aleya mengerutkan kening mencoba menerka apa yang difikiran wanita itu saat ini.
“Emang batas antara genius dan gila Cuma setipis kertas” Gumam Karla
Bagi Aleya, selama pelajaran matematika, entah kenapa waktu berjalan begitu lambat. Dua setengah jam terasa seperti dua abad. Akhirnya, bel penyelamat itu berbunyi juga
Posting Komentar
Komentarin postingan Nike yuuu..
Sebaik-baiknya orang, yang komentarin blognya nike *sesat.com